Sunday 22 July 2012

BBLR

BBLR

A.    PENGERTIAN BBLR
Menurut Cunningham dkk, BBLR didefinisikan sebagai bayi lahir kurang dari 2500 gram dan telah dimodifikasi untuk menguraikan BBLR yang beratnya 1500 gram atau kurang dan bayi yang luar biasa rendah (BBLBR) dan berat 1000 gram atau kurang


Menurut (Saifuddin dkk, 2000) berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan menjadi :
1.      Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram
2.      Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir <1500>
3.      Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000>
Menurut Mochtar (1998) sejak tahun 1961 WHO mengganti istilah premature dengan brat badan lahir rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi yang berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bukan bayi premature.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat digolongkan menjadi:
1.      Prematuritas murni.
Bayi lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai.
2.      Small for date (SFD) atau kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Bayi yang berat badannya kurang dari seharusnya umur kehamilan.
3.      Retardasi pertumbuhan janin intrauterine .
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai umur kehamilan.
4.      Dismaturitas.
Suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidak seimbangan antara pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan. Atau bayi lahir dengan berat badan yang tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
5.      Large for date.
Bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tuanya kehamilan.
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Untuk keperluan bidan di desa berat lahir diterima dalam 24 jam pertama setelah lahir.
Berat badan lahir rendah (BBLR) terdapat 2 penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena umur kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur kehamilan cukup atau kombinasi keduanya.
B.     KLASIFIKASI BBLR
Menurut Ilyas, dkk (1994), dan Winkjosastro (2005) bayi dengan berat badan lahir rendah di bagi menjadi dua golongan, yaitu:
1.      Prematuritas Murni
Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau bisa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (MKB-SMK).
2.      Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena bayi mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

C.    PENYEBAB BBLR
Menurut Manuaba (1998), faktor - faktor yang dapat yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR adalah :
1.      Faktor ibu
a.       Gizi saat hamil yang kurang.
Kekurangan zat gizi yang diperlukan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan makin tingginya kehamilan prematur atau BBLR dan cacat bawaan.
b.      Umur kurang dari 20 tahun/diatas 35 tahun
c.       Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat (kurang dari 1 tahun).
Jarak kehamilan sebaiknya lebih dari 2 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu punya waktu yang terlalu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali kekondisi sebelumnya.
d.      Paritas
e.       Penyakit Ibu
Penyakit ibu yaitu penyakit yang diderita ibu sebelum hamil atau penyakit yang menyertai kehamilan.
2.      Faktor kehamilan
a.       Hamil dengan hidramnion
b.      Perdarahan antepartum
c.       Komplikasi hamil meliputi preeklamsi/eklamsi dan ketuban pecah dini.
3.      Faktor janin
a.       Cacat bawaan
b.      Infeksi dalam rahim
Menurut Surasmi, (2003) Faktor-faktor yang menyebabkan kelahiran prematur :
1.      Faktor ibu. Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi, kelainan bentuk uterus, tumor, ibu yang menderita (penyakit tifus abdominalis, malaria, TBC, penyakit jantung), trauma pada masa kehamilan (jatuh, stres), usia ibu waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2.      Faktor janin. kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, infeksi.
3.      Faktor plasenta. Plasenta previa, solusio plasenta.
4.      Faktor yang tidak diketahui.
Menurut Winkjosastro(2005) faktor yang merupakan predisposisi terjadinya kelahiran prematur:
1.      Faktor ibu.
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain.
2.      Faktor janin.
Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
3.      Keadaan sosial ekonomi rendah.
4.      Kebiasaan. Pekerjaan yang melelahkan, merokok.
5.      Tidak diketahui

D.    FAKTOR RESIKO BBLR
Menurut Berhman cit Anna Wijayanti (2000), berbagai faktor resiko pada ibu hamil yang berhubungan dengan kejadian BBLR antara lain:
1.      Resiko demografi.      
Usia ibu hamil <17>35 tahun, ras, status sosial ekonomi rendah.
2.      Resiko medis sebelum hamil.
Paritas >4, berat badan dan tinggi badan ibu yang rendah, cacat bawaan, infeksi saluran kencing, DM, hipertensi kronis, rubella, riwayat obstetric jelek (BBLR, abortus spontan, kelainan genetik).
3.      Resiko medis saat hamil.
Penambahan berat badan selama hamil, interval kehamilan yang pendek, hipotensi, hipertensi, preeklampsia, eklampsia, bakteruria, infeksi TORCH, perdarahan trimester I, kelainan plasenta, hiperemesis gravidarum, oligohidramnion, polihidramnion, anemia, abnormal, ketuban pecah dini.
4.      Resiko perilaku dan lingkungan.
Merokok, gizi kurang, alkohol, obat-obatan keras, terpapar bahan kimia toksik dan tempat tinggal di ketinggian.
5.      Faktor Resiko lainnya.
Pemeriksaan kehamilan in adekuat, stress atau gangguan psikososial, uterus mudah berubah bentuk, kontraksi uterus tiba-tiba, defisiensi hormon progesteron.


E.     MASALAH – MASALAH PADA BBLR
1.      Asfiksia
2.      Gangguan nafas
3.      Hipotermi
4.      Hipoglikemi
5.      Masalah pemberian ASI
6.      Infeksi
7.      Ikterus
8.      Masalah perdarahan



F.     PENATALAKSANAAN
Menurut Winkjosastro, 2005. Penanganan BBLR sebagai berikut :
1.      Jika bayi tidak ada kesukaran bernafas dan tetap hangat dengan metode kanguru :
a.       Rawat bayi tetap bersama ibu
b.      Dorong ibu mulai menyusui dalam 1 jam pertama
2.       Jika bayi sianosis (biru) atau kesukaran bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 x per menit, tarikan dinding dada ke dalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong
3.      Jika suhu aksiler turun di bawah 35o C, hangatkan bayi segera.
Sedangkan pada BBLSR . Sebelum dan selama rujukan lakukan :
1.      Pastikan bayi terjaga tetap hangat
2.      Jika ibu dengan riwayat infeksi bakteri, beri dosis pertama antibiotika
a.       Gentamisin 4mg/kgBB I.M (atau kananmisin)
b.      Ditambah ampisilin 100 mg/kgBB I.M (atau benzil penisilin)
3.      Jika bayi sianosis (biru) atau kesukaran bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 x per menit, tarikan dinding dada ke dalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong


No comments:

Post a Comment