KETUBAN PECAH DINI (KPD)
A.
Pengertian
Ketuban pacah
dini atau sponkaneous/ early/ premature rupture of the membrane (PROM) adalah
pecahnya ketuban sebelum partu : yaitu bila pembukaan pada primigravida dari 3
cm dan pada multipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
(Rustam Mochtar, 1998)
Ketuban pecah
dini dikatakan bila terjadi pada waktu persalinan, sedang pembukaan masih kecil
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia)
Ketuban dinyatakan
pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah
dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya
tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks. (
Sarwono Prawirohardjo, 2002)
B.
Penyebab
Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini
disebabkan oleh karena kurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan
intra uterin atu oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Penyebab Ketuban
Pecah Dini mempunyai dimensi multifaktoral yang dapat dijabarkan sebagai
berikut (Manuaba, 1998) :
1. Serviks
inkompeten
2. Ketgangan
rahim yang berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion
3. Kelainan
letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan
kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAD,
sefalopelvik disproporsi.
5. Kelainan
bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi
yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
C.
Patofisiologis
Banyak
teori, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi.
Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).
High virulence : bacteroides. Low virulence : lactobacillus. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas.
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).
High virulence : bacteroides. Low virulence : lactobacillus. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas.
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
Mekanisme
terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
1.
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan
ikat dan vaskularisasi
2.
Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban
sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
D.
Dasar-Dasar
Diagnosa
Diagnosa ketuban
pecah dini tidak sulit ditegakkkan dengan keterangan terjadi pengeluaran cairan
mendadak disertai bau khas, selain keterangan yang disampaikan dapat dilakukan
bebrapa pemerikasaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air
ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrozine tes.
Langkah-langkah
pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa tetuban pecah dini dilakukan :
1. Memeriksa
adanya cairan yang berisi mekoneum, vernik kaseosa, rambut lanugo, atau bila
telah terinfeksi berbau.
2. Pemeriksaan
speculum : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis
servisis dan apakah ada bagian yang sudah pecah.
3. Menggunakan
kertas lakmus : bila menjadi biru (basa) berarti air ketuban, bila menjadi
merah (asam) berarti air kemih (urin)
4. Melakukan
pemeriksaan PH forniks pada posterior pada PROM (air Ketuban)
5. Melakukan
pemeriksaan histopatologi air (ketuban)
E.
Pengaruh
Ketuban Pecah Dini
1. Terhadap
janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala infeksi,
tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih
dahulu terjadi sebelum gejala pada ibu dirasakan, Jadi akan meninggikan
mortalitas dan morbiditas perinatal.
2. Terhadap
ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat
terjadi infeksi, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga
dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas) dan peritonits. Ibu Akan merasa
lelah karena terbaring ditempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu
badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi
F.
Penanganan
Konservativ
1. Rawat
di rumah sakit
2. Berikan
antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atauban masih eritromisin bila tak tahan ampisilin) dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3. Jika
umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika
usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif
: beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika
usia kehamilan 32-37 minggu , sudah inpartu tidak adainfeksi berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
6. Jika
usia kehamilan 32-37 minggu ada infeksi beri tokolitik dan lakukan induksi
7. Nilai
tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin)
8. Pada
usia kehamilan 32-34 mingu berikan steroid, untuk memacu kamatangan paru janin,
dan kalau memungkinkan periksa kadar lesithin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5
mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
Aktif
1. Keamilan
> 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal SC. Dapat pula diberikan
misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2. Bila
tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, i persalinan diakhiri :
a. Bila
skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila
skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
No comments:
Post a Comment