OTOT POLOS MIOMETRIUM
Menurut Sylvia
Verralls (2003, Hlm. 141). Miometrium merupakan
otot yang menyusun bagian terbesar uterus selama masa kehidupan seksual aktif. Serabut otot involunter saling bercampur dengan
jaringan areolar, pembuluh darah, saluran limfa dan serabut saraf. Serabut otot
sirkuler di bagian dalam dan otot longitudinal di bagian luar berlanjut sebagai
serabut otot yang sesuai pada tuba Fallopii, dan bersama dengan serabut otot
sirkuler involunter membentuk ligamen penggantung uterus, memasuki uterus untuk
menyatu dengan serabut-serabut longitudinal dan sirkuler di sana.
Menurut Cunningham (2005). Interaksi miosin dan aktin penting untuk kontraksi otot. Miosin
(Mr sekitar 500.000) terdiri dari rantai ganda ringan dan berat dan terletak
pada miofilamen-miofilamen tebal. Interaksi miosin dan aktin yang menyebabkan
aktivasi ATPase, hidrolisis ATP, dan pembentukan kekuatan, dipengaruhi oleh
fosforilasi enzimatik rantai-ringan miosin 20-kd (Stull dkk, 1988, 1998). Reaksi fosforilasi ini
dikatalis oleh enzim kinase miosin rantai ringan, yang diaktifkan oleh Ca2+. Ca2+ mengikat kalmodulin, suatu protein
pengatur pengikatan kalsium, yang selanjutnya akan mengikat dan mengaktifkan
kinase miosin rantai ringan. Dengan cara ini, agen-agen yang bekerja pada sel
otot polos miometrium untuk meningkatkan konsentrasi kalsium sitosol
intraseluler ([Ca2+]i) dapat memacu kontraksi. Kondisi yang menyebabkan penurunan ([Ca2+]i) menimbulakan
relaksasi. Biasanya, agen-agen yang menyebabkan peningkatan kontraksi adenosi
monofofat siklik intraseluler (cAMP) atau guanosin monofosfat siklik(cGMP)
menyebabkan relaksasi uterus. Kerja cMAP dan cGMP dianggap menyebabkan
penurunan ([Ca2+]i), meskipun mekanisme pastinya tidak diketahui. Biokimia dan
fisiologi kontraktilitas otot polos telah ditinjau oleh Barany and Barany (1990)
serta Sanborn dkk, (1994).
No comments:
Post a Comment