Tuesday 25 December 2012

OTOT POLOS MIOMETRIUM

OTOT POLOS MIOMETRIUM



Menurut Sylvia Verralls (2003, Hlm. 141). Miometrium merupakan otot yang menyusun bagian terbesar uterus selama masa kehidupan seksual aktif. Serabut otot involunter saling bercampur dengan jaringan areolar, pembuluh darah, saluran limfa dan serabut saraf. Serabut otot sirkuler di bagian dalam dan otot longitudinal di bagian luar berlanjut sebagai serabut otot yang sesuai pada tuba Fallopii, dan bersama dengan serabut otot sirkuler involunter membentuk ligamen penggantung uterus, memasuki uterus untuk menyatu dengan serabut-serabut longitudinal dan sirkuler di sana. 
Menurut Cunningham (2005). Interaksi miosin dan aktin penting untuk kontraksi otot. Miosin (Mr sekitar 500.000) terdiri dari rantai ganda ringan dan berat dan terletak pada miofilamen-miofilamen tebal. Interaksi miosin dan aktin yang menyebabkan aktivasi ATPase, hidrolisis ATP, dan pembentukan kekuatan, dipengaruhi oleh fosforilasi enzimatik rantai-ringan miosin 20-kd (Stull dkk, 1988, 1998). Reaksi fosforilasi ini dikatalis oleh enzim kinase miosin rantai ringan, yang diaktifkan oleh Ca2+. Ca2+ mengikat kalmodulin, suatu protein pengatur pengikatan kalsium, yang selanjutnya akan mengikat dan mengaktifkan kinase miosin rantai ringan. Dengan cara ini, agen-agen yang bekerja pada sel otot polos miometrium untuk meningkatkan konsentrasi kalsium sitosol intraseluler ([Ca2+]i) dapat memacu kontraksi. Kondisi yang menyebabkan penurunan ([Ca2+]i) menimbulakan relaksasi. Biasanya, agen-agen yang menyebabkan peningkatan kontraksi adenosi monofofat siklik intraseluler (cAMP) atau guanosin monofosfat siklik(cGMP) menyebabkan relaksasi uterus. Kerja cMAP dan cGMP dianggap menyebabkan penurunan ([Ca2+]i), meskipun mekanisme pastinya tidak diketahui. Biokimia dan fisiologi kontraktilitas otot polos telah ditinjau oleh Barany and Barany (1990) serta Sanborn dkk, (1994).

No comments:

Post a Comment