A. Anemia Gravidarum
Seseorang pria maupun wanita dinyatakan menderita anemia apabila hemoglobin
dalam darah kurang dari 12 gr %. Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan.
Hal ini disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat – zat makanan
bertambah dan terjadi perubahan – perubahan dalam darah dan sum – sum tulang (Prawirohardjo,
1999).
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi
dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pengenceran itu meringankan beban
jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan dan pendarahan pada
waktu persalinan karena akibat dari cardiac out put meningkat. Banyak unsur
besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap
kental (Prawirohardjo, 1997).
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan
umur 10 minggu. Seorang wanita yang memiliki Hb kurang dari 10 g/10 ml. disebut
anemia dalam kehamilan. Karena itu wanita hamil dengan Hb diantara 10 – 12
g/100 ml tidak dianggap menderita anemia patologik akan tetapi anemia fisiologi
atau pseudoanemia (Prawirohardjo, 1999).
1.
Macam – Macam Anemia Dalam
Kehamilan
a.
Anemia Definisi Besi
Anemia dalam kehamilan
paling sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini
dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dari makanan karena
gangguaan reapsorosi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyak besi
keluar dari badan, misalnya pendarahan. Keperluan akan besi bertambah dalam
kehamilan, terutama dalam trimester akhir. Apabila masuknya besi tidak
bertambah dalam kehamilan, maka terjadi anemia defisensi besi, lebih – lebih
pada kehamilan kembar (Prawirohardjo, 1999).
b.
Anemia Megaloglastik
Anemia megaloglastik dalam
kehamilan disebabkan karena defisensi asam folik (Pterolyglutamic acid). Jarang
sekali karena defisiensi vitamin B1 (Cyanocobalanim).
c.
Anemia Hipoglastik
Anemia pada wanita hamil
yang disebabkan karena sum – sum tulang kurang mampu membuat sel – sel darah dinamakan
hipoglastik dalam kehamilan. Biasanya anemia hipoglastik terjadi dalam
kehamilan apabila wanita dengan selamat melewati masa persalinan dan selama
masa nifas anemia hipoglastik akan sembuh dengan sendirinya.
d.
Anemia Himolitik
Anemia himolitik disebabkan
karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
Wanita dengan anemia himolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil maka anemianya
akan menjadi berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisi
himolitik pada waniata yang sebelumnya tidak menderita anemia (Prawirohardjo,
1999).
2.
Diagnosis Anemia Pada
Kehamilan
Pemeriksaan dan pengawasan
Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli dapat digolongkan sebagai
berikut :
a.
Hb 11 gr% : tidak anemia
b.
Hb 9 – 10 gr% : Anemia ringan
c.
Hb 7 – 8 gr % : Anemia sedang
d.
Hb < 7 gr % : Anemia berat (Prawirohardjo, 2008).
3.
Tanda dan Gejala Anemia
a.
Letih
b.
Lemah badan
c.
Cepat lelah
d.
Lunglai (Prawirohardjo,
2008).
4.
Penyebab Anemia
a.
Kurang Gizi (mal nutrisi)
b.
Kurang zat bezi dalam darah
c.
Mal Absorpsi
d.
Kehilangan darah yang banyak
: Persalinan yang lalu, haid dan lain – lain.
e.
Penyakit kronik, TBC, paru –
paru, cacing usus, malaria, dan lain - lain (Prawirohardjo, 2008).
5.
Pengaruh Anemia Dalam
Kehamilan
a.
Abortus
b.
Partus Prematurus
c.
Partus lama karena inersia
uteri
d.
Pendarahan post partum
karena utoria uteri
e.
Syok
f.
Infeksi, baik Intra Pratum
maupun Post partum
g.
Anemia yang sangat berat
dengan Hb kurang dari 4 gr/100 ml dapat menyebabkan dekompensasi kordis
(Prawirohardjo, 2008).
6.
Penanganan Anemia
a.
Pemeriksaan kadar Hb setiap
3 bulan untuk mengenal anemia sedini mungkin.
b.
Pemberian tablet Fe (Sulfat
ferosus 200 mg)
c.
Dianjurkan makan – makanan
yang mengandung banyak protein dan sayuran hijau.
d.
Dalam keadaan mendesak,
kadang – kadang perlu pemberian tranfusi (maternal dan
neonatal 2006).
7. Pencegahan Anemia Gravidarum
Upaya
pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada
trimester ketiga ibu hamil non anemik (Hb ± 11g/dl), sedangkan untuk ibu hamil
dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen Fe sulfat 325 mg
60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat
dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat
diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari.
Pencegahan
yang dilakukan pada anak dapat meningkatkan kapasitas manusia dan
produktivitasnya sepanjang siklus kehidupan, sedangkan pencegahan anemia pada
perempuan usia reproduksi dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Selain
melalui pengobatan, pencegahan anemia dapat dilakukan dengan diet sehat dan
tepat, antara lain dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
menjaga kebersihan lingkungan dan pribadi dan kontrol penyakit infeksi.
Kandungan zat besi dapat diperoleh dari makanan berupa daging atau bukan
daging. Makanan tersebut hendaknya dimasak tidak terlalu lama, agar kandungan
besi di dalam makanan tidak berkurang. Konsumsi makanan yang mengandung kalsium
seperti susu dan hasil olahannya, makanan mengandung sereal, kacang-kacangan,
biji-bijian dan tepung serta minum teh, kopi atau coklat dapat menghambat
penyerapan besi. Asupan zat besi yang dikonsumsi dapat dijaga agar terserap
tubuh sebanyak mungkin dengan mengkombinasikan dengan minum orange juice
setelah makan.
KEPUSTAKAAN
Black, Maphia.2011. Askeb Ibu
Hamil dengan Anemia Sedang. Jakarta : diakses pada http://maphiablack.blogspot.com/2011/01/askeb-ibu-hamil-dengan-anemia sedang.html on Juni 22, 2011 at 3.06 pm
Manuaba Ida Bagus Gde.1998. Ilmu Kebidanan , Penyakit Kendungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta;EEC
Mochtar,
Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri jilid 1.
Jakarta: EGC
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2005. Ilmu Kebidanan ,
Jakarta. YBP.SP
No comments:
Post a Comment