Gizi
buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dikatakan kekurangan nutrisi, atau
dengan ungkapan lain status nutrisinya dibawah standar rata- rata. Nutrisi yang
dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Secara umum gizi buruk
pada bayi, balita dan ibu hamil dapat menciptakan generasi yang secara fisik
dan mental lemah. Di lain pihak anak gizi buruk rentan terhadap penyakit karena
menurunnya daya tahan tubuh.
Sedangkan penyebab gizi
buruk diantaranya :
1.
Pola
pemberian ASI dan MP- ASI
Pola pemberian ASI dan MP-
ASI, merupakan salah satu penyebab utama gangguan pertumbuhan pada balita.
2.
Interaksi
ibu dan anak
Interaksi ibu dan anak
berhubungan positif dengan keadaan gizi ana. Anak yang mendapatkan perhatian
lebih baik secara fisik maupun emosional misalnya selalu mendapatkan senyuman,
mendapat respon ketika berceloteh dan mendapatkan makanan yang seimbang, maka
keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman sebayanya yang kurang
mendapatkan perhatian orang tua.
3.
Pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan
Pemantauan pertumbuhan yang
diikuti dengan tindak lanjut berupa konseling terutama oleh petugas kesehatan
berpengaruh pada status pertumbuhan anak seperti:
a.
pemantauan
berat badan balita di posyandu
b.
pemberian
kapsul vitamin A dosis tinggi
bulan februari dan agustus
c.
kunjungan
neonatal
d.
imunisasi
pada bayi
4.
Kesehatan
lingkungan
Masalah gizi
timbul bukan hanya karena dipengaruhi oleh ketidakseimbangan asupan makanan,
tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Kesehatan yang baik seperti
penyediaan air bersih dan PHBS akan mengurangi akan mengurangi penyakit
infeksi. Scrimshaw et al
(1959) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus,
parasit) dengan malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang sinergis antara
malnutrisi dan penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi
dan mempercepat malnutrisi. Mekanismenya bermacam-macam baik sendiri-sendiri
maupun bersamaan yaitu :
a.
penurunan asupan zat gizi akibat
kurangnya nafsu makan, menurunnya absorpsi dan kebiasaan mengurangi makanan
pada saat sakit
b.
peningkatan kehilangan cairan/zat
gizi akibat penyakit diare, mual /muntah dan perdarahan yang terus menerus
c. meningkatnya kebutuhan, baik dari
peningkatan kebutuhan akibat sakit (human host) dan parasit yang terdapat dalam
tubuh
5.
ketersediaan
pangan ditingkat rumah tangga
status gizi
dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat keluarga dan jika tidak cukup
dapat dipastikan konsumsi anggota keluarga tidak terpenuhi.
Faktor predisposisi
a.
kemiskinan
b.
kurangnya
pengetahuan tentang gizi seimbang
c.
pola
asuh yang salah
Menurut Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3faktor penyebab gizi buruk, yaitu :
a.
Keluarga
miskin
b.
Ketidaktahuan
orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
c. Faktor
penyakit bawaan pada anak, seperti: Jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan
dan diare.
Sedangkan menurut UNICEF (1988), ada 2 faktor
penyebab utama, antara lain :
a.
Penyebab
Langsung : Asupan Makanan, Infeksi Penyakit
b. Penyebab
Tidak Langsung : Pola Asuh Anak, Ketersediaan Pangan, Layanan Kesehatan/
Sanitasi.
Adapun tanda dan
gejala dari gizi buruk diantaranya adalah :
1) Nafsu makan
menurun; 2) Anak tampak kurus; 3) Wajah seperti orang tua; 4) Kulit keriput; 5) Anak cengeng
dan rewel; 6) Rambut kusam dan merah, mudah dicabut; 7) Mata Sayu. Untuk menegakkan diagnosa gizi buruk bukan hanya dilihat dari tanda dan
gejala, namun juga dengan mengukur status gizinya. Ada beberapa cara mengukur
status gizi pada balita. Dan berdasarkan klasifikasi dari Standard Harvard menurut Prof. Dr. Soekidjo
Notoatmodjo, 2003. Yaitu standar yang dikembangkan untuk mengukur status gizi
anak disesuaikan dengan kondisi anak-anak dari negara-negara Asia dan Afrika.
Termasuk Indonesia, klasifikasi status gizi anak didasarkan pada 50 percentile
dari 100% standar Harvard. Dibawah ini akan diuraikan 4 macam cara pengukuran
yang sering dipergunakan di bidang gizi masyarakat serta klasifikasinya :
1.
Berat Badan Per Umur
a.
Gizi
baik adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 89%
standar Harvard.
b.
Gizi
kurang adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umur berada diantara
60,1-80 % standar Harvard.
c.
Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya 60% atau
kurang dari standar Harvard.
2.
Tinggi Badan Menurut Umur
Pengukuran status gizi bayi dan anak
balita berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga menggunakan modifikasi
standar Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut
a.
Gizi
baik yakni apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya lebih
dari 80% standar Harvard.
b.
Gizi
kurang, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya berada
diantara 70,1-80 % dari standar Harvard.
c.
Gizi
buruk, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya kurang dari
70% standar Harvard.
3.
Berat Badan Menurut Tinggi
Pengukuran berat badan menurut tinggi
badan itu diperoleh dengan mengkombinasikan berat badan dan tinggi badan per umur
menurut standar Harvard. Klasifikasinya adalah sebagai berikut :
a.
Gizi
baik, apabila berat badan bayi / anak menurut panjang / tingginya lebih dari
90% dari standar Harvard.
b.
Gizi
kurang, bila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya berada diantara
70,1-90 % dari standar Harvard.
c.
Gizi
buruk apabila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya 70% atau kurang
dari standar Harvard.
Tabel 1. Berat dan Tinggi Badan Menurut Umur (usia 0-5 tahun, jenis kelamin tidak dibedakan)
Umur
|
Berat (Kg)
|
Tinggi
|
|||||
Tahun
|
Bulan
|
Normal
|
Kurang
|
Buruk
|
Normal
|
Kurang
|
Buruk
|
(Baku 80%)
|
(Baku 60 %)
|
Baku
|
(Baku 80 %)
|
(Baku 60 %)
|
Baku
|
||
0
|
-
|
3,4
|
2,7
|
2
|
50,5
|
43
|
35
|
1
|
4,3
|
3,4
|
2,5
|
55
|
46
|
38
|
|
2
|
5
|
4
|
2,9
|
58
|
49
|
40,5
|
|
3
|
5,7
|
4,5
|
3,4
|
60
|
51
|
42
|
|
4
|
6,3
|
5
|
3,8
|
62
|
53,5
|
43,5
|
|
5
|
6,9
|
5,5
|
4,2
|
64,5
|
54,5
|
45
|
|
6
|
7,4
|
5,9
|
4,5
|
66
|
56
|
46
|
|
7
|
8
|
6,3
|
4,9
|
67,5
|
57,5
|
47
|
|
8
|
8,4
|
6,7
|
5,1
|
69
|
59
|
48,5
|
|
9
|
8,9
|
7,1
|
5,3
|
70
|
60
|
49,5
|
|
10
|
9,3
|
7,4
|
5,5
|
72
|
61,5
|
50,5
|
|
11
|
9,6
|
7,7
|
5,8
|
73,5
|
63
|
51,5
|
|
1
|
0
|
9,9
|
7,9
|
6
|
74,5
|
64,5
|
52,5
|
3
|
10,6
|
8,5
|
6,4
|
78
|
65,5
|
54,5
|
|
6
|
11,3
|
9
|
6,8
|
81,5
|
70
|
57
|
|
9
|
11,9
|
9,6
|
7,2
|
84,5
|
72
|
60
|
|
2
|
0
|
12,4
|
9,9
|
7,5
|
87
|
74
|
61
|
3
|
12,9
|
10,5
|
7,8
|
88,5
|
76
|
62,5
|
|
6
|
13,5
|
11,2
|
8,1
|
92
|
78
|
64
|
|
9
|
14
|
11,7
|
8,4
|
94
|
80
|
66,5
|
|
3
|
0
|
14,5
|
11,9
|
8,7
|
96
|
82
|
67
|
3
|
15
|
12
|
9
|
98
|
83,5
|
88,5
|
|
6
|
15,5
|
12,4
|
9,3
|
99,5
|
84,5
|
70
|
|
9
|
16
|
12,9
|
9,6
|
101,5
|
85,5
|
71
|
|
4
|
0
|
16,5
|
13,2
|
9,9
|
103,5
|
87,5
|
72
|
3
|
17
|
13,6
|
10,2
|
105
|
89,5
|
73,5
|
|
6
|
17,4
|
14
|
10,6
|
107
|
90
|
74,5
|
|
9
|
17,9
|
14,4
|
10,8
|
108
|
91,5
|
75,5
|
|
5
|
0
|
18,4
|
14,7
|
11
|
109
|
92,5
|
76
|
Sumber:
Pedoman Ringkas Pengukuran Antropometri, hlm. 18
Penanganan gizi buruk pada balita, diantaranya adalah : 1) Beri makanan yang seimbang; 2) Beri ASI pada
anak baru lahir sampai 2 tahun; 3) Minum obat cacing setiap 6
bulan sekali; 4) Jaga
kebersihan rumah dan lingkungan; 5) Beri makanan sedikit tapi
sering; 6) Cuci tangan sebelum dan sesudah makan; 7) Ikuti program posyandu setempat, pemberian
vitamin; 8) Makan makanan gizi seimbang secara teratur; 9) Perbanyak
minum air putih.
Sedangkan upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menimbang secara
rutin dan menjaga kondisi gizi balita dengan baik untuk pertumbuhan dan
kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang
dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa
cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1.
Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak
berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan
sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah
berumur 2 tahun.
2.
Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang
antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan
komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan,
sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3.
Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan
mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan
standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4.
Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya
buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus
diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5.
Jika anak telah menderita karena kekurangan
gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak,
dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber
kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula
suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali
membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa
dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya
akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul
masalah intelegensia di kemudian hari.
KEPUSTAKAAN
Ahmad Djaeni Sediaoetama. 1985. Faktor Gizi.
Jakarta: Bhatara Karya Akbar.
Ahmad Djaeni Sediaoetama. 2000. ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi
Jilid I. Jakarta: Bhatara Karya Akbar.
Badan Pusat statistik tahun 2003 tentang Profil Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah. 2003. Semarang.
Badan Pusat Statistik tahun 2005 tentang Kecamatan Kertek Kabupaten
Wonosobo dalam Angka. 2006. Wonosobo.
Deddy Muchtadi. 1996. Gizi Untuk Bayi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan. Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo tahun 2005/2006 tentang Grafik
Perkembangan Status Gizi Balita Kabupaten Wonosobo. 2006.Wonosobo.
I Dewa Nyoman Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Kartasapoetra, G dan Marsetyo. 2001. Ilmu Gizi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers. 1984.Kemiskinan dan Kebutuhan
pokok. Jakarta: Rajawali.
Pandji Anoraga. 2005. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Sajogyo, dkk. 1994. Gizi yang Merata. Yogyakarta: UGM Press.
Sjahmien Moehji. 1995. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta:
Bharata.
Soegeng Santoso dan Anne Lies. 2004. Kesehatan dan
Gizi. Jakarta: Rineka cipta.
No comments:
Post a Comment