PARTUS LAMA
Definisi
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24
jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi (rustam mochtar, 1998)
Menurut winkjosastro, 2002. Persalinan (partus) lama ditandai
dengan fase laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau
lebih tanpa kelahiran bayi, dan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada
partograf.
Etiologi
Sebab-sebab terjadinya persalinan lama ini adalah
multikomplek dan tentu saja bergantung pada pengawasan selagi hamil,
pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor
penyebabnya antara lain :
1.
Kelainan letak janin
2.
Kelainan-kelainan panggul
3.
Kelainan kekuatan his dan mengejan
4.
Pimpinan persalinan yang salah
5.
Janin besar atau ada kelainan
kongenital
6.
Primi tua primer dan sekunder
7.
Perut gantung, grandemulti
8.
Ketuban pecah dini ketika servik
masih menutup, keras dan belum mendatar
9.
Analgesi dan anestesi yang
berlebihan dalam fase laten
10. Wanita yang
dependen, cemas dan ketakutan dengan orang tua yang menemaninya ke rumah sakit
merupakan calon partus lama
Gejala Klinik
Menurut Rustam Mochtar (1998) gejala klinik partus
lama terjadi pada ibu dan juga pada janin.
1.
Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan
meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah
lokal sering dijumpai: Ring v/d Bandle, oedema serviks, cairan ketuban berbau,
terdapat mekonium.
2.
Pada janin :
a.
Denyut jantung janin cepat atau
hebat atau tidak teratur bahkan negarif, air ketuban terdapat mekonium, kental
kehijau-hijauan, berbau.
b.
Kaput succedaneum yang besar
c.
Moulage kepala yang hebat
d.
Kematian Janin Dalam Kandungan
(KJDK)
e.
Kematian Janin Intra Parental (KJIP)
Menurut Manuaba (1998), gejala utama yang perlu
diperhatikan pada partus lama antara lain :
1.
Dehidrasi
2.
Tanda infeksi : temperatur tinggi,
nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus
3.
Pemeriksaan abdomen : meteorismus,
lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah rahim
4.
Pemeriksaan lokal vulva vagina :
edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan ketuban bercampur mekonium
5.
Pemeriksaan dalam : edema
servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat kaput pada bagian
terendah
6.
Keadaan janin dalam rahim : asfiksia
sampai terjadi kematian
7.
Akhir dari persalinan lama : ruptura
uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian karena perdarahan atau infeksi.
Bahaya Partus Lama
Menurut Rustam Mochtar (1998), menjelaskan mengenai bahaya partus lama bagi ibu dan janin, yaitu :
1.
Bahaya bagi ibu
Partus lama menimbulkan efek
berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. Beratnya cedera meningkat dengan
semakin lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat setelah
waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi,
perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran dengan tindakan
yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu.
2.
Bahaya bagi janin
Semakin lama persalinan, semakin
tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan
berikut ini :
a.
Asfiksia akibat partus lama itu
sendiri
b.
Trauma cerebri yang disebabkan oleh
penekanan pada kepala janin
c.
Cedera akibat tindakan ekstraksi dan
rotasi dengan forceps yang sulit
d.
Pecahnya ketuban lama sebelum
kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan
selanjutnya dapat membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.
Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus lama
memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus lama tipe apapun membawa akibat
yang buruk bayi anak, bahaya tersebut lebih besar lagi apalagi kemajuan
persalinan pernah berhenti. Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama
meningkatkan resiko pada anak selama persalinan, namun pengaruhnya terhadap
perkembangan bayi selanjutnya hanya sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa
bayi yang dilahirkan melalui proses persalinan yang panjang ternyata mengalami
defisiensi intelektual sehingga berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir setelah
persalinan normal.
Penatalaksanaan
Menurut winkjosastro(2002), Penatalaksanaan berdasarkan
diagnosisnya, yaitu:
1.
Fase Laten Memanjang
Bila fase laten lebih dari 8 jam dan tidak
ada tanda-tanda kemajuan, lakukan penilaian ulang terhadap serviks:
a.
Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau
pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu
b.
Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan
serviks, lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin
1)
Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam
2)
Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah
dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan SC
c.
Jika didapatkan tanda-tanda infeksi
(demam,cairan vagina berbau):
1)
Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin
2)
Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan
a)
Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
b)
Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
c)
Jika terjadi persalinan pervaginam stop
antibiotika pascapersalinan
d)
Jika dilakukan SC, lanjutkan antibiotika
ditambah metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48
jam.
2.
Fase Aktif Memanjang
a.
Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi
sefalopelfik atau obstruksi dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban
b.
Nilai his
1)
Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam
10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik) pertimbangkan adanya inertia uteri
2)
Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan
lamanya lebih dari 40 detik), pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi,
malposisi atau malpresentasi
c.
Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki
his dan mempercepat kemajuan persalinan.
Sedangkan menurut Harry Oxorn dan Willian R. Forte
(1996), penatalaksanaan partus lama antara lain :
1.
Pencegahan
a.
Persiapan kelahiran bayi dan
perawatan prenatal yang baik akan mengurangi insidensi partus lama.
b.
Persalinan tidak boleh diinduksi
atau dipaksakan kalau serviks belum matang. Servik yang matang adalah servik
yang panjangnya kurang dari 1,27 cm (0,5 inci), sudah
mengalami pendataran, terbuka sehingga bisa dimasuki sedikitnya satu jari dan
lunak serta bisa dilebarkan.
2.
Tindakan suportif
a.
Selama persalinan, semangat pasien
harus didukung. Kita harus membesarkan hatinya dengan menghindari kata-kata yang
dapat menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.
b.
Intake cairan sedikitnya 2500 ml per
hari. Pada semua partus lama, intake cairan sebanyak ini di pertahankan melalui
pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi, dengan tanda adanya acetone dalam
urine, harus dicegah
c.
Makanan yang dimakan dalam proses
persalinan tidak akan tercerna dengan baik. Makanan ini akan tertinggal dalam
lambung sehingga menimbulkan bahaya muntah dan aspirasi. Karena waktu itu, pada
persalinan yang berlangsung lama di pasang infus untuk pemberian kalori.
d.
Pengosongan kandung kemih dan usus
harus memadai. Kandung kemih dan rectum yang penuh tidak saja menimbulkan
perasaan lebih mudah cidera dibanding dalam keadaan kosong.
e.
Meskipun wanita yang berada dalam
proses persalinan, harus diistirahatkan dengan pemberian sedatif dan rasa
nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik, namun semua preparat ini harus
digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang berlebihan dapat
mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.
f.
Pemeriksaan rectal atau vaginal
harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti
pasien dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan
dengan maksud yang jelas.
g.
Apabila hasil-hasil pemeriksaan
menunjukkan adanya kemajuan dan kelahiran diperkirakan terjadi dalam jangka
waktu yang layak serta tidak terdapat gawat janin ataupun ibu, tetapi suportif
diberikan dan persalinan dibiarkan berlangsung secara spontan.
3.
Perawatan pendahuluan
Penatalaksanaan penderita dengan partus
lama adalah sebagai berikut :
a.
Suntikan Cortone acetate 100-200 mg
intramuskular
b.
Penisilin prokain : 1 juta IU
intramuskular
c.
Streptomisin 1 gr intramuskular
d.
Infus cairan : Larutan garam fisiologis, Larutan
glukose 5-100% pada janin pertama : 1 liter/jam
e.
Istirahat 1 jam untuk observasi,
kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera bertindak
Kepustakaan
Hanifa,winkjosastro.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Llewllyn-jones, Derek. 2001. Dasa-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta : EGC
Rustam, mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment