PLASENTA PREVIA
Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana implantasi plasenta terletak pada atatu di dekat serviks (wiknjosastro,2005).
Plasenta previa adalah keadaaan dimanan plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal). (Rustam mochtar,2005)
Faktor Predisposisi :
1. Multiparitas dan umur lanjut ( >/ = 35 tahun).
2. Defek
vaskularisasi desidua yang kemungkinan
terjadi akibat perubahan atrofik dan inflamatorotik.
3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas
pembedahan (SC, Kuret, dll).
4. Chorion leave persisten.
5. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum
siap menerima hasil konsepsi.
6. Konsepsi dan nidasi terlambat.
Gejala dan Tanda Utama :
- Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu
- Darah segar atau kehitaman dengan bekuan
- Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi braxton hicks atau coitus. (wiknjosastro,2005)
- Plasenta Previa Totalis, Apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta
- Plasenta Previa Parsialis, apabilasebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta
- Plasenta Previa Marginalis, apabila pinggirplasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
- Plasenta Letak Rendah, plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir.
Fungsi Plasenta :
- Sebagai alat yang memberi makanan pada janin.
- Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme.
- Sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan CO2.
- Sebagai alat pembentuk hormone.
- Sebagai alat penyalur perbagai antibody ke janin.
Pendarahan
antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 10 minggu
saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis, umumnya
terjadi pada trismester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik
menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus
atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat
dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. (Mansjoer, 2002)
Komplikasi
- Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.
- Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti Asfiksi berat. ( Mansjoer, 2002)
A.Terapi
Ekspektif
1) Tujuan supaya
janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan
dalam melalui kanalis servisis Syarat-syarat terapi ekspektif :
- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
- Belum ada tanda-tanda in partu.
- Keadaan umum ibu cukup baik.
- Janin masih hidup.
3) Lakukan
pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta.
4) Berikan
tokolitik bila ada kontraksi :
- MgS04 9 IV dosis awal tunggal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam.
- Nifedipin 3 x 20 mg perhari.
- Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
6) Bila setelah
usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar ostium
uteri interim.
Bila perdarahan
berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dipulang
untuk rawat jalan.
B.Terapi Aktif (
tindakan segera ).
Wanita hamil
diatas 22 minggu dengan perdarahan pervagina yang aktif dan banyak, harus
segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang moturitus janin. Lakukan
PDMO jika :
- Infus 1 transfusi telah terpasang
- Kehamilan > 37 minggu ( berat badan > 2500 gram ) dan inpartu.
- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor, seperti anesefali.
- Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul ( 2/5 atau 3/5 pada palpasi luar ).
- Prinsip utama adalah menyelamatkan ibu, walaupun janin meninggal atau tidak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
- Tujuan seksio sesarea : persalinan dengan segera sehingga uterus segera berkontraksi dan menghentikan pendarahan, menghindarkan kemungkinan terjadi robekan pada serviks, jika janin dilahirkan pervagina.
- Siapkan darah pengganti untuk stabiliasi dan pemulihan kondisi ibu. (Saifuddin, 2001 : 536 )
No comments:
Post a Comment