SOLUSIO PLASENTA
Definisi
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat melekatnya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. (Winkjosastro,2002)
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu. (Mochtar,1998)
Menurut Manuaba,1998. Batasan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester III.
Etiologi
Sebab yang jelas terjadinya solusio plasenta belum diketahui, hanya para ahli mengemukakan teori : akibat turunnnya tekanan darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju ke ruangan interviler, maka terjadi anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum ini menjadi nekrotis, spasme hilang dan darah kembali mengalir ke dalam intervili, namun pembuluh darah distal tadi sudah demikian rapuhnya serta mudah pecah, sehingga terjadi hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari rahim. Darah yang berkumpul di belakang plasenta disebut hemato retroplasenter. (Mochtar, 1998)
Sedangkan faktor yang mempengaruhi menurut Rustam Mochtar, 1998 sebagai berikut :
- Faktor Vaskuler (80-90 %), yaitu toksemia gravidarum, glomerulonefritis kronika, dan hipertensi esensial. Karena desakan darah tinggi, maka pembuluh darah mudah pecah , lalu terjadi hematoma retroplasenter dan plasenta terlepas.
- Faktor Trauma: riwayat hidramnion dan gemeli ( pengecilan tiba-tiba pada uterus), Tarikan pada tali pusat yang pendek, versi luar, atau pertolongan persalinan.
- Faktor Paritas : lebih banyak pada multi dibanding primi.
- Pengaruh lain seperti anemia, tekanan uterus pada vena cava inferior.
- Trauma langsung seperti terjatuh, kena tendang dan lain-lain.
Menurut Rustam Mochtar, 1998. Solusio plasenta dibagi menjadi:
- Solusio lasenta parsialis. Bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat perlekatannnya.
- Solusio plasenta totalis (komplet). Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya.
- Solusio Plasenta ringan
- Terlepasnya plasenta kurang dari 1/4 luasnya
- Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
- Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan.
- Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam
- Solusio plasenta sedang
- Terlepasnya plasenta lebih dari 1/4, tetapi belum mencapai 2/3 bagian.
- Dapat menimbulkan gejala klinik : perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerak janin berkurang, palpasi bagian janin sulit teraba, auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang
- pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol
- dapat terjadi gangguan pembekuan darah
- Solusio plasenta berat
- Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
- terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
- penylit pada ibu : terjadi syok, dapat terjadi gangguan pembekuan darah, palpasi abdomen tegang, bagian janin sulit teraba dan janin telah meninggal dalam rahim. (Manuaba,1998)
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah yang dapat menimbulkan gangguan-penyulit terhadap ibu maupun janin.
- Terhadap Ibu
- Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah
- terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan pernapasan.
- penderita tampak anemis
- dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah, dan memudahkan terjadinya perdarahan.
- setelah persalinan dapat menimbulkan persalinan postpartum
- terjadi gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan komplikasi sekunder.
- peningkatan timbunan darah di belakang plasenta dapat menyebabkan rahim yang keras, padat dan kaku.
- Terhadap Janin. Pengaruh terhadap janin tergantung pada luas plasenta yang terlepas dan dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai kematian janin dalam rahim.
- Lakukan uji pembekuan darah
- Transfusi darah segar
- Jika terjadi perdarahan hebat, lakukan persalinan segera, jika :
- Pembukaan serviks lengkap, persalinan dengan ekstraksi vakum
- Pembukaan serviks belum lengkap, persalinan dengan SC
- Jika perdarahan ringan atau sedang (dimana ibu tidak berada dalam bahaya) tindakan bergantung pada denyut jantung janin (DJJ)
- Jika DJJ normal atau tidak terdengar, pecahkan ketuban. Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin. Jika serviks kenyal, tebal dan tertutup, lakukan SC.
- DJJ abnormal ( < 100 atau >180/ menit ) : lakukan persalinan pervaginam segera, jika tidak memungkinkan lakukan persalinan dengan SC. (Winkjosastro,2002)
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Winkjosastro, Hanifa. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan dan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono.
No comments:
Post a Comment